Home » , , » Mengenal Asal-Usul Tari Rantak Kudo

Mengenal Asal-Usul Tari Rantak Kudo

Written By Register Center on Kamis, 02 April 2015 | 11.52


Foto tarian Rantak Kudo pada Festival budaya Sungaipenuh (foto Miko)


Tarian Kesenian Khas Budaya Asli Masyarakat Hamparan Rawang
Keberadaan seni tari Kota Sungaipenuh ini terus di jaga secara turun-temurun oleh seniman budaya Kota Sungaipenuh lokal dari generasi ke generasi. Tari Rentak Kudo (Rentak Kuda) adalah tari tradisional kerakyatan dari daerah Kerinci, Khususnya Kota Sungaipenuh tepatnya berasal dari daerah Hamparan Rawang sejak tahun 1970.
MIKO ADRI - Sungai Penuh
SUNGAIPENUH- Tarian ini dikenal sebagai "Tari Rentak Kudo" karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda. Dulunya tarian ini dipersembahkan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci yang secara umum adalah beras (padi) dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti. Kadang bila dilanda musim kemarau yang panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan kesenian ini untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa (menurut kepercayaan mereka masing-masing).
Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya KERINCI ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan.
“Dulunya tari ini bertujuan untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam musim subur maupun dalam musim kemarau untuk memohon berkah hujan,” Ujar Yefrizon salah seorang Seniman muda asal Hamparan Rawang yang juga menjabat Kabid Kebudayaan Disporabudpar Kota Sungaipenuh.
Yefrizon juga mengaku bahwa meskipun telah ada banyak tulisan yang menuliskan tentang asal-usul Tari Rantak Kudo, belum ditemukan sumber yang benar-benar menjelaskan asal-usul seni budaya ini. Namun hal ini diperkirakan karena sejarah Tari Rantak Kudo ini diperkirakan telah ada sejak lama sekali di daerah Kerinci yang kini telah terbagi menjadi dua wilayah pemerintahan, yaitu Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh.
Menurut seniman-seniman senior (tua), kesenian ini telah dipelajari dan di laksanakan jauh sebelum mereka lahir. Rentak Kudo (Rentak Kuda) adalah tari tradisional kerakyatan dari daerah Kerinci, Khususnya Kota Sungaipenuh yang  berasal dari daerah Kecamatan Hamparan Rawang sejak tahun 1970. Namun asal-usulnya kini malah sengaja dikaburkan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Diduga hal itu bisa terjadi dikarenakan seiring perjalanan waktu dan kurangnya perhatian dari sejarawan setempat.
Keberadaan seni tari khas Sungaipenuh-Kerinci ini terus di jaga secara turun-temurun oleh seniman budaya Kerinci lokal dari generasi ke generasi. Seni budaya ini sangat identik sekali dengan bahasa dan gaya bahasa asli masyarakat Kecamatan Hamparan Rawang, dalam menembangkanya nyayian untuk mengiring kesenian dan tarian rentak Kudo Biduan bisa mengambil lirik dari pantun yang berbahasa khas Rawang yang digunakan dalam mendendangkan lagu yang mengiringi gerakan tarian yang  biasa disebut pengasuh.
Dulunya Tari Rantak Kudo dimainkan hanya diiringi alat musik gendang dan di iringi oleh nyayian yang berisi pantun-pantun oleh pengasuh. Namun seiring perkembangan zaman, saat ini tarian ini malah kian sering ditampilkan dengan diiringi Organ tunggal, bahkan lirik yang mengiringi pantunpun kian banyak dan berkembang.
Para penari terdiri dari pria dan wanita yang menari dengan gerakan yang khas, yaitu kombinasi dari gerakan silat "langkah tigo" (Langkah Tiga") dan tari. Biasanya tarian ini juga dipentaskan dengan pembakaran kemenyan tradisional upacara ritual yang membuat penari semakin khidmat dalam geraknya, bahkan kadang-kadang ada di antara penari yang mengalami kesurupan.
Saat ini, tidak hanya biasa dipentaskan dalam acara-acara adat dan acara resepsi pernikahan adat diwilayah Kota Sungaipenuh dan Kabupaten Kerinci. Bahkan tarian ini sudah kian sering digelar di Luar sumatra dan tidak jarang tarian ini dipentaskan di kegiatan yang berlabel nasional.maupun diSalah satu lirik lagu di dalam pantun yang bersahut-sahutan adalah : "Tigeo dili, empoak tanoh rawoa. Tigeo mudik, empoak tanoh rawoa" (Bahasa Indonesia: "Tiga di Hilir, Empat dengan Tanah Rawang. Tiga di Mudik, Empat dengan Tanah Rawang").
Lirik tersebut menceritakan sebuah kisah pada zaman nenek moyang suku Kerinci dahulu kala, di kala pemerintahan para Depati (Adipati), Tanah Hamparan Rawang merupakan pusat pemerintahan, pusat kota dan kebudayaan di kala itu, yaitu dalam lingkup Depati 8 helai kain yang berpusat di Hiang (Depati Atur Bumi) dimana Tanah Hamparan Rawang merupakan tempat duduk bersama (pertemuan penting dalam adat Kerinci)**

Share this article :

Posting Komentar

 
Kontak Redaksi : redaksi | IKLAN : admin | BOX REDAKSI
Copyright © 2015. Rakyat Bisa News - All Rights Reserved
Rakyat Bisa .web .id
Proudly powered by MK